PARIWISATA DAN SOSIAL BUDAYA
Wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah yang memiliki banyak potensi pariwisata, baik wisata alam, budaya, sejarah dan objek wisatA agro.
Wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah yang memiliki banyak potensi pariwisata, baik wisata alam, budaya, sejarah dan objek wisatA agro.
A. Obyek Wisata Alam
Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang berbasis pada alam, baik panorama alam, kondisi alam, keunikan alam, dan bentukan alam, adapun obyeknya adalah sebagai berikut;
1. Kawasan Obyek Wisata Bantimurung
Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang berbasis pada alam, baik panorama alam, kondisi alam, keunikan alam, dan bentukan alam, adapun obyeknya adalah sebagai berikut;
1. Kawasan Obyek Wisata Bantimurung
2. Goa PattunuangObyek wisata Bantimurung adalah salah satu obyek wisata andalan kota Maros yang terletak di Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung dan terletak di lembah bukit kapur/karts yang curam dengan vegetasi tropis yang subur sehingga selain memiliki air terjun juga menjadi habitat yang ideal berbagai spesies kupu-kupu, burung dan serangga langka. Ditahun 1856 – 1857 seorang Naturalis Inggris yang terkemuka bernama “Alfred Rassel Wallase” menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan ini untuk menikmati dan meneliti 150 spesieskupu-kupu yang terbilang langka dan tidak dijumpai di daerah lain seperti spesies Papillo Androcles.
Selain air terjun dan kupu-kupunya, terdapat pula dua buah goa dengan stalaktit dan stalakmitnya yang menakjubkan dan apabila kita berada dalam goa tersebut serasa di alam mimpi.
3. Bulu’ SipongObyek Wisata Pattunuang adalah salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Samangki Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.Obyek wisata alam Goa Pattunuang selain kaya akan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan, juga panorama alam sekitarnya sangat menawan dan indah. Berbagai spesies flora dan fauna yang tergolong langka dapat dijumpai ditambah dengan bentangan pegunungan yang curam dan bertebing menjadikan kawasan ini sangat ideal sebagai daerah tujuan wisata petualangan, panjat tebing dan pendidikan. Dalam kawasan ini terdapat pula batu besar yang berbentuk perahu yang menyimpan legenda yang menarik. Menurut cerita rakyat bahwa pada zaman dahulu pernah ada saudagar dari negeri Cina datang untuk melamar dan mempersunting gadis Samangki, namun karena lamarannya ditolak akhirnya saudagar tersebut malu dan mengkaramkan perahunya yang kemudian membatu. Batu tersebut dikenal masyarakat sekitar dengan julukan “BISEANG LABBORO” yaitu perahu yang terdampar.
4. Bonto SombaObyek Wisata Bulu’ Sipong adalah obyek wisata Alam yang terletak di Desa BontoSomba Kecamatan Tompobulu dengan jarak tempuh dari Kota Maros 25 Km.
Bulu’ Sipong memiliki 5 buah goa yang kesemuanya menyimpan bukti peninggalan prasejarah yang mirip dengan Taman Prasejarah Leang-leang.Yang membedakannya adalah letak kawasan ini berdiri sendiri, sehingga masyarakat sekitar memberi julukan “BULU’ SIPONG” yang berarti gunung yang berdiri sendiri.
5. Rea ToaBonto Somba merupakan salah satu desa yang terletak di kaki gunung dengan ketinggian 300 m dari permukaan laut yang berbatasan langsung dengan kawasan obyek wisata Malino Kabupaten Gowa. Sehingga, kondisi alam tropis yang sejuk dan subur menjanjikan harapan menghasilkan berbagai jenis holtikultura. Air terjun yang bergemuruh sepanjang tahun selain menambah keindahan panorama alam sekitarnya, juga dapat dijadikan sarana olah raga arung jeram. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jarak 25 km dari Kota Maros atau 40 km dari Kota Makassar.
6. Leang PanningEReatoa adalah satu-satunya dusun yang memiliki sumber air panas yang selama ini dijadikan laboratorium alam, riset biologi dan ilmu pengetahuan oleh mahasiswa universitas di Makassar juga sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar dan berjarak 15 km dari Kota Maros.
Leang panningE merupakan goa yang selain memiliki stalaktit dan stalakmit juga akan memberikan kenyamanan tersendiri karena goa tersebut diameternya cukup luas dan lapang. Disekitar goa tersebut juga terdapat sumber air dan goa yang dihuni oleh kelelawar sehingga masyarakat setempat memberi julukan “Leang PanningE” yang berarti goa kelelawar.
Pantai Kuri adalah salah satu potensi wisata alam yang bernuansa pantai dengan pasir putih yang membentang sepanjang pesisir pantai. Disekitarnya juga terdapat aktivitas nelayan yang sekaligus melengkapi kegiatan atraksi wisata pantai. Pada sore hari, lokasi ini dapat disaksikan terbenamnya matahari (Sunset) yang menambah nuansa objek, disamping ombak yang lebih tenang sehingga dapat melakukan mandi di pantai. Hamparan pasir pantai yang luas dan bersih dapat mendukung kegiatan wisata/rekreasi sambil berjemur.
Cagar Alam Karaenta merupakan kawasan hutan yang dilindungi karena selain berfungsi mempertahankan cadangan air bawah tanah juga menyimpan berbagai spesies flora dan fauna sebagai sumber daya hayati yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian. Salah satu daya tarik kawasan ini karena memiliki goa yang panjangnya mencapai 2.200 m dan merupakan habitat ideal bagi kera jenis Macaca Maura. Spesies ini merupakan hewan yang dilindungi dan menjadi aset nasional mengingat populasi dan habitatnya yang sudah tergolong langka. Jenis kera ini sangat unik karena ia bersahabat dan dapat dipanggil kapanpun dengan bantuan Jagawana. Panorama alamnya yang indah dan kekayaan flora dan fauna serta letaknya yang strategis. Cagar Alam Karaenta yang terletak di Kecamatan Cenrana ini, semakin populer dan ramai dikunjungi wisatawan. Terdapat pula goa Salukang Kallang dan sungai yang indah membelah gunung sampai ke danau Toakala.
B. Obyek Wisata Sejarah
1. Taman Prasejarah Leang-leang
Taman prasejarah Leang-leang terletak pada deretan bukit kapur/karts yang curam di Kelurahan Kallabirang Kecamatan Bantimurung yang dapat ditempuh sekitar 15 – 30 menit dari Bantimurung. Para arkeolog berpendapat bahwa beberapa goa yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia sekitar 3000-8000 tahun SM bukti keberadaan ini ditandai dengan lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa yang sedang melompat, puluhan gambar telapak tangan yang ada pada dinding-dinding goa. Terdapat 5 buah telapak tangan manusia purbakala yang ditemukan di Goa Pettae, terdapat pula 32 bekas telapak tangan yang ditemukan di Goa Pettae. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut berupa kerang yang menandai bahwa goa tersebut juga pernah terendam dan dikelilingi oleh laut.
Situs prasejarah ini menyimpan peninggalan prasejarah berupa dua buah gua yang terdapat lukisan prasejarah/kepurbakala-an pada dinding gua yang terdiri dari; lukisan cakra 3 buah, lukisan babi rusa 3 ekor, lukisan ikan 1 ekor dan lukisan perahu 1 buah. Situs prasejarah ini terletak di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa.
Kompleks Makam Kassi Kebo merupakan tempat penguburan Karaeng Marusu dan keluarganya. Lokasi ini berada di Jl. Taqwa Kelurahan Baju Bodoa Kecamatan Turikale.
Kompleks Makam Karaeng Simbang adalah tempat penguburan Karaeng Simbang dan keluarganya. Makam ini berada di Desa Samangki Kecamatan Simbang.
Bangunan Pertahanan Jepang ini berada di Kampung Sanggalea Kecamatan Mandai. Bangunan ini berbentuk terowongan bawah tanah yang terbuat dari cor beton dibangun pada tahun 1942.
Pendopo Pallantikang Karaeng Marusu merupakan tempat pelantikan Karaeng Marusu pada masa kerajaan. Tempat ini berada di Kelurahan Pallantikang Kecamatan Turikale.
Rumah adat ini dahulunya adalah istana raja Marusu pertama Karaeng Loe Ripakere sekitar abad XV. Rumah adat ini berada di lokasi Desa Pakere Kecamatan Simbang yang merupakan salah satu rumah adat yang ada di Kabupaten Maros.
C. Obyek Wisata Agro
Wisata Agro adalah wisata yang berkaitan dengan kegiatan pertanian berupa, perkebunan, peternakan, perikanan, dan persawahan. Adapun obyek agrowisata di Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:
1. Taman Safari Pucak
2. Kawasan Agro Wisata Puca’Terletak di Desa Pucak Kecamatan Tanralili, 20 km dari Kota Maros atau 39 km dari Kota Makassar. Alamnya yang asri dengan perkebunan yang terbentang luas, sangat cocok menjadi tempat agrowisata dan tempat peristirahatan melepas lelah dengan luas areal 150 Ha, kawasan ini dipersiapkan sebagai lokasi kebun binatang terbesar di kawasan Timur Indonesia.
Kawasan Agro Wisata Puca’ merupakan daerah pegunungan yang terletak di Desa Puca. Luas kawasan agrowisata Puca’ adalah 107,5 Ha dengan rencana zoning yang terdiri dari zona pariwisata dan kebudayaan, zona perkebunan, zona pertanian, pzona pternakan, dan zona kehutanan.
3. Makanan Khas/Tradisional
Kabupaten Maros memiliki makanan khas yang umumnya sudah di kenal di Sulawesi Selatan seperti coto, dange, dan roti Maros yang terkenal karena seleranya yang khas akan menjadi oleh-oleh tersendiri bagi wisatawan yang pulang dari Kabupaten Maros.
D. Sosial Budaya
Kabupaten Maros melahirkan unsur-unsur budaya yang berupa perpaduan antara nilai-nilai agama dan lingkungan alamnya yang dilatarbelakangi dan diwarnai dua etnis besar Makassar dan Bugis. Kedua etnis ini telah membentuk watak dan karakteristik masyarakat Kabupaten Maros yang mudah berinteraksi terhadap masyarakat pada umumnya di Sulawesi Selatan.
Jika dilihat dari sejarah Kabupaten Maros yang termasuk keturunan dari kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar melalui suatu kaitan perkawinan. Hal inilah yang melahirkan suatu nilai-nilai budaya dan tradisi yang sampai saat ini masih dijunjung tinggi oleh kalangan masyarakatnya. Sebagai tanda-tanda tersebut dapat dilihat dari nama-nama kegiatan budaya yang pada dasarnya berasal dari bahasa Makassar dan/atau Bugis. Kekayaan budaya Kabupaten Maros juga memiliki potensi dan bahkan menjadi bagian dari kegiatan pariwisata karena budaya dan pariwisata adalah suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Berikut ini beberapa ekspresi budaya yang dituangkan dalam suatu bentuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehidupa manusia masa lampau di Kabupaten Maros sebagaimana hal berikut :
1. Upacara Adat Appalili
Kabupaten Maros melahirkan unsur-unsur budaya yang berupa perpaduan antara nilai-nilai agama dan lingkungan alamnya yang dilatarbelakangi dan diwarnai dua etnis besar Makassar dan Bugis. Kedua etnis ini telah membentuk watak dan karakteristik masyarakat Kabupaten Maros yang mudah berinteraksi terhadap masyarakat pada umumnya di Sulawesi Selatan.
Jika dilihat dari sejarah Kabupaten Maros yang termasuk keturunan dari kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar melalui suatu kaitan perkawinan. Hal inilah yang melahirkan suatu nilai-nilai budaya dan tradisi yang sampai saat ini masih dijunjung tinggi oleh kalangan masyarakatnya. Sebagai tanda-tanda tersebut dapat dilihat dari nama-nama kegiatan budaya yang pada dasarnya berasal dari bahasa Makassar dan/atau Bugis. Kekayaan budaya Kabupaten Maros juga memiliki potensi dan bahkan menjadi bagian dari kegiatan pariwisata karena budaya dan pariwisata adalah suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Berikut ini beberapa ekspresi budaya yang dituangkan dalam suatu bentuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehidupa manusia masa lampau di Kabupaten Maros sebagaimana hal berikut :
1. Upacara Adat Appalili
2. Upacara Adat Katto BokkoAppalili adalah suatu rangakaian upacara adat sebelum memasuki musim tanam padi.(bulan November). Para petani sebelum turun ke sawah mengambil perkakas kerajaan Karaengga yang disimpan di dalam sebuah loteng rumah adat yang disebut Balla Lompoa ke tempat khusus yang sudah tersedia. Peralatan tersebut diantaranya adalah Batang Pajjejko yang akan dipakai untuk membajak sawah. Batang Pajjejko yang kedatangannya memiliki sejarah tertentu juga merupakan lambang kebesaran bagi Kabupaten Maros. Setelah semua perkakas lengkap, Gandrang Kalompoang dibunyikan sebagai pertanda acara adat sudah dimulai dan dimulai pula proses penjahitan kelambu Kalompoangnga setelah itu hasil jahitan yang terdiri dari kelambu, sprei, pembungkus dan alas disiapkan yang dilaksanakan setelah shalat Ashar. Pada malam harinya diadakan perjamuan adat atau paempo adat yang dihadiri oleh Pemangku adat, Penasehat adat dan Gallarang Tujua (Kepala Dusun), tokoh tani dan pemerintah yang bertujuan untuk membicarakan masalah pertanian. Sekitar Pukul 05.00 barang-barang kerajaan tersebut diarak menuju sawah milik Kerajaan Marusu yang bergelar Torannu. Prosesi bajak sawah menggunakan Batang Pajjejko yang dibantu oleh Tedong (sapi atau kerbau) sebanyak dua ekor, kemudian mengelilingi sawah sebanyak 3 kali dan selesailah upacara adat ini. Rombongan inipun pulang kembali ke Balla Lompoa. Empat bulan kemudian diadakan persiapan acara adat Katto Bokko
3. Upacara Mappa DendangUpacara adat Katto Bokko atau biasa disebut Angngalle Ulu Ase sebagai kelanjutan dari upacara Appalili. Acara ini adalah rangkaian acara adat sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan hasil panen yang telah diraih, khususnya pada tanah Arajang yang diberi gelar Torannu. Acara Katto Bokko dimulaipagi hari dengan mengetam padi dan hasilnya diikat sesuai kebiasaan. Dengan ikatan khusus menggunakan alat tersendiri yang terdiri dari 12 ikatan kecil dan 2 buah ikatan besar. Kemudian diarak keliling kampung menuju Balla Lompoa. Setelah itu, dilakukan penjemputan sesuai adat Kerajaan Marusu oleh Pemangku Adat, para Dewan Adat, Penasehat Adat, Pemerintah setempat, para petani serta para undangan. Dengan berakhirnya acara penyambutan ini berakhir pulalah acara adat Katto Bokko. Pada malam harinya diadakan acara Mappa Dendang.
Mappa Dendang adalah pagelaran atraksi kesenian tradisional, seperti tarian tradisional, pencak silat dan lain-lain. Untuk memberikan hiburan bagi masyarakat, khususnya petani setelah lelah bekerja. Dahulu acara ini biasanya dijadikan momen gadis-gadis dan pemuda untuk mencari jodoh. Besarnya pengaruh kebudayaan di daerah ini melahirkan berbagai bentuk seni budaya tradisional.yang sarat dengan nuansa agraris dan bahari.
Acara ini adalah suatu cara yang dilaksanakan untuk menyambut tahun baru Islam dengan melibatkan berbagai acara kesenian yang bersifat Islami, seperti; qasidah, membaca puisi Islami, dan lagu/ musik Islami. Alat musik yang digunakan baik alat musik tradisional maupun modern. Acara ini dilaksanakan di Lingkungan Kassi Kelurahan Pettuadae Kecamatan Maros Baru.
5. Maulid Rasulullah Saw.
6. Lomba Perahu HiasUntuk menyatakan rasa syukur kehadirat Allah Swt. atas diutusnya Nabi Muhammad Saw. membawa ajaran Islam sebagai berkah kepada seluruh alam raya. Acara ini adalah pembacaan sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw. (membaca Barzanji) secara bergantian dan setelah itu dibagi-bagikanlah ember mauled yang berisi makanan dan telur. Alat musik pengiringnya adalah rebana. Acara mauled ini dilaksanakan di seluruh Kabupaten Maros dengan pusat kegiatan adalah Desa Patte’ne yang dikenal dengan nama Khawaltiah Sammang.
7. MallangiriSetelah semua perahu peserta bahkan kappa motor dihias dengan meriah berkumpul di depan dermaga, maka mulailah para penumpangnya melakukan atraksi kesenian seperti Mappadendang dan ganrang bulu bahkan pencak silat. Setelah pelepsan secara resmi oleh pejabat maka lombapun dimulai. Tibanya di finish para penumpang yang berpakaian adat/tradisional turun satu persatu dan melakukan atraksi di depan pejabat. Kegiatan ini dilaksanakan di jembatan Sungai Maros, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.
8. Dengka Ase LoloMallangiri merupakan suatu prosesi pencucian benda-benda pusaka dan prapanen sekaligus menjadi penanda panen. Benda pusaka berupa batu mulia,konon mempunyai empat buah anakan yang bila pada proses pencuciannya bertambah maka dipercaya panen akan melimpah demikian pula sebaliknya. Upacara ini juga diiringi oleh alat musik tradisional dan upacara ini dilaksanakan di Masale Kecamatan Tanralili.
Kegiatan ini berlangsung 3 (tiga) hari berturur-turut dengan kegiatan pagelaran musik tradisional yaitu Mappadendang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen. Alat musik pengiring selama kegiatan ini adalah antang kayu dan alu. Pesertanya memakai baju bodo. Acara ini dilaksanakan di Tanah Didi Kelurahan Batu Bassi Kecamatan Bantimurung.
9. Ma’royong
10. Tari SalonrengAcara ini menampilkan tarian tradisional dengan nyanyian yang memberi nasehat atau petuah. Acara ini dapat dijumpai di Masale Kecamatan Tanralili. Acara ini didukung oleh 5 orang pemain yang menggunakan alat musik Anak Baccing dan alat tradisional lainnya dengan menggunakan baju bodo
Tarian ini dilaksanakan untuk melepas hajat seperti berhasilnya panen atau sembuh dari penyakit dan terhindar dari malapetaka. Tarian ini dilaksanakan dengan mengelilingi satu ekor kerbau yang akan dijadikan persembahan dengan berbagai gerakan sambil menabur beras kemudian bermain pencak silat dengan menggunakan tombak dan dikahiri dengan Mangaru yang kemudian dilanjutkan dengan acara pemotongan kerbau sebagai rasa syukur dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan.
Tari ini dimainkan oleh 6 wanita dengan mengenakan baju bodo dan 6 pria menggunakan passapu dan dilengkapi dengan tombak, keris serta bakul yang berisi padi, gula merah, pinang, daun sirih dan beras. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah dua buah gendang dan sebuah suling dengan lagu-lagu yang membangkitkan semangat. Tarian ini dapat dijumpai di Dusun Tanete Desa Bonto Somba Kecamatan Tompobulu.
12. Tari Mapeepe-pepeTarian ini dilakukan dalam upacara Mappadendang dalam rangka menyatakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keberhasilan panen. Tarian ini dilakukan dengan mengelilingi lesung sambil memegang alu/antan. Setelah beberapa gerakan tarian maka dimulailah acara “Mappadendang” yaitu dengan memukulkan ujung alu pada pinggiran lesung secara bergiliran dengan irama tertentu, bergembira dan bersemangat. Tarian ini dimainkan oleh 4 pria dengan 6 wanita yang memakai pakaian adat, Passapu Baju Bodo. Adapun musik pengiringnya dimainkan dengan alu dan lesung berisi padi yang ditumbuk. Tempat tujuan obyek wisata seni ini di lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros Baru.
Tarian ini bersifat sakral dan dilaksanakan untuk memperlihatkan kesaktian/kekebalan terhadap api. Setelah melakukan tarian dengan gerakan pencak silat diiringi gendang Pammancak, gong dan Pui-pui yang bersemangat, maka para pemain mulai membakar tubuh mereka (tangan dan bagian lainnya) dengan obor, tetapi tidak terbakar (kebal api). Tarian ini dilakukan oleh 5 laki-laki dengan berpakaian Passapu. Obyek tujuan seni ini di Cenrana Batu Bassi.
13. Tari Kalabbirang
14. Tari Mamuri-muriTarian ini sesuai dengan namanya Kalabbirang yang berarti keanggunan/anggun/mulia. Tarian ini diiringi nyanyian di persembahkan di kalangan Raja/Bangsawan tinggi kerajaan. Melambangkan keanggunan Putra-putri raja yang ikut menari. Tari Kalabbirang dimainkan oleh 7 orang putri dan 6 orang putra. Alat musik pengiring antara lain gendang, suling dan katto-katto. Di Lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros Baru dapat di nikmati kesenian tari ini.
Tarian ini untuk mengekspresikan rasa kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah Swt. Atas tibanya tahun baru Islam setiap tanggal 1 Muharram tahun Hijriah. Tarian ini dimainkan oleh 7 (tujuh orang perempuan). Alat musik yang digunakan yaitu; gong, pui’-pui’ kecapi dan gendang. Tarian ini dilakukan tersebar di Kabupaten Maros.
15. Tarian Kalubampa
16. Tari Bunting BeruaTarian ini menceritakan tentang beberapa ekor kupu-kupu yang sedang terbang kesana-kemari dengan riangnya sambil mencari makanan dna pada saat itulah ada seorang laki-laki yang mencoba menangkap-nya. Setelah usaha yang keras akhirnya laki-laki itu berhasil menangkap seekor kupu-kupu. Tapi karena kecerdikannya, kupu-kupu itu berhasil meloloskan diri lagi dan kembali ke alamnya. Tarian ini dimainkan oleh 3 (tiga) orang laki-laki dan 6 (enam) orang perempuan. Perempuan berpakaian baju bodo berwarna yang dilengkapi dengan sepasang sayap. Pria berpakaian adat passapu. Alat musik yang digunakan; gendang, gong, pui’pui’-kecapi. Tarian ini dapat dijumpai di Kecamatan Bantimurung, tujuannya untuk menggugah hati manusia agar menyayangi dan bahkan melestarikan habitat kupu-kupu yang mulai terancam punah.
Sebuah tradisi seni tari yang diciptakan untuk menyema-rakkan suatu pesta adat perkawinan Bugis-Makassar maknanya adalah memberi suasana gembira dan bahagia bagi kedua mempelai dan segenap keluarga. Karena itu, tari Bunting Berua ini hanya khusus dipersembahkan didalam acara-acara pesta perkawinan adat Bugis-Makassar, lebih khusus perkawinan sebuah keluarga terpandang (bangsawan). Tarian ini dimainkan oleh 5 – 7 orang putri, alat musik yang digunakan; kecapi, suling, gendang, gong, katto-katto dan Anak Baccing. Seni tari ini dapat dijumpai di lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros baru.
18. Tari Tubaranina MarusuTarian ini sebagai pernyataan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berhasilnya panen kemiri. Gadis belia menari-nari dengan gerakan seperti memungut buah kemiri. Tarian ini dimainkan oleh 3 (tiga) orang laki-laki dan 7 (tujuh) orang perempuan. Alat musik yang digunakan. Keranjang bambu, gendang, kecapi, pui’-pui’ dan gong. Taraian ini dapat dijumpai di Kecamatan Camba.
19. Tarian Ma’RagaPemain tampil dengan gerakan-gerakan heroik dan bersemangat dan diiringi dengan bunyi gendang dan gemuruh. Tarian ini dimainkan oleh 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan pakaian adat. Alat musik yang digunakan; gendang Bugis. Tarian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap kepahlawanan dan gagah berani dalam menghadapi musuh. Tarian ini tersebar di Kabupaten Maros.
Tarian ini menggambarkan keterampilan dalam mempermainkan bola raga, dengan gerakan atau atraksi yang beragam termasuk pada saat seorang atau dua orang pemain yang menaiki pundak temannya sambil tetap memainkan raga, atau memasukkan raga ke dalam passapu-nya melalui tendangan kaki. Tarian ini dimainkan olehg 6 (enam) orang laki-laki dengan berpakaian adat passapu. Alat yang digunakan; gendang, gong, pui’-pui’ dan sebagainya. Tersebar di Kabupaten Maros. Tujuan dari tarian ini untuk menyambut acara tertentu seperti; pesta panen, menyambut tamu, dan lain-lain.
Penampilan Pakesong-kesong dengan penyanyi Sinrilik duduk berdampingan, dimulai dengan pengantar dari sang penyanyi tentang lagu yang akan didendangkannya. Setelah itu maka dimulailah Pakesong-kesong memainkan kesong-kesongnya lalu menyusul penyanyi melagukan Sinrilik-nya yang biasanya berkisah tentang sikap kepahlawanan dan kejantanan. Kesenian ini dimainkan oleh 2 (dua) orang laki-laki berpakain adat passapu, sedangkan alat musiknya adalah sebuah kesong-kesong dan penggeseknya. Kesenian tradisional ini dapat dijumpai di Bonto kapetta Kelurahan Allepolea untuk memeriahkan acara-acara tertentu yang dianggap sesuai dengan semangat lagu-lagu kepahlawanan.