Tampilkan postingan dengan label Marosku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Marosku. Tampilkan semua postingan

Wisata dan Budaya

Diposting oleh orang maros bisa tonji on Senin, 03 Januari 2011

PARIWISATA DAN SOSIAL BUDAYA

Wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah yang memiliki banyak potensi pariwisata, baik wisata alam, budaya, sejarah dan objek wisatA agro.
A.    Obyek Wisata Alam
Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang berbasis pada alam, baik panorama alam, kondisi alam, keunikan alam, dan bentukan alam, adapun obyeknya adalah sebagai berikut;

1.    Kawasan Obyek Wisata Bantimurung
Obyek wisata Bantimurung adalah salah satu obyek wisata andalan kota Maros yang wisata-bantimurungterletak di Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung dan terletak di lembah bukit kapur/karts yang curam dengan vegetasi tropis yang subur sehingga selain memiliki air terjun juga menjadi habitat yang ideal berbagai spesies kupu-kupu, burung dan serangga langka. Ditahun 1856 – 1857 seorang Naturalis Inggris yang terkemuka bernama “Alfred Rassel Wallase” menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan ini untuk menikmati dan meneliti 150 spesieskupu-kupukupu-kupu yang terbilang langka dan tidak dijumpai di daerah lain seperti spesies Papillo Androcles.
Selain air terjun dan kupu-kupunya, terdapat pula dua buah goa dengan stalaktit dan stalakmitnya yang menakjubkan dan apabila kita berada dalam goa tersebut serasa di alam mimpi. 
2.    Goa Pattunuang 
Obyek Wisata Pattunuang adalah salah satu obyek wisata yang terletak di Desa pattunuangSamangki Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. 
Obyek wisata alam Goa Pattunuang selain kaya akan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan, juga panorama alam sekitarnya sangat menawan dan indah. Berbagai spesies flora dan fauna yang tergolong langka dapat dijumpai ditambah dengan bentangan pegunungan yang curam dan bertebing menjadikan kawasan ini sangat ideal sebagai daerah tujuan wisata petualangan, panjat tebing dan pendidikan. Dalam kawasan ini terdapat pula batu besar yang berbentuk perahu yang menyimpan legenda yang menarik. Menurut cerita rakyat bahwa pada zaman dahulu pernah ada saudagar dari negeri Cina datang untuk melamar dan mempersunting gadis Samangki, namun karena lamarannya ditolak akhirnya saudagar tersebut malu dan mengkaramkan perahunya yang kemudian membatu. Batu tersebut dikenal masyarakat sekitar dengan julukan “BISEANG LABBORO” yaitu perahu yang terdampar.   
3.    Bulu’ Sipong
Obyek Wisata Bulu’ Sipong adalah obyek wisata Alam yang terletak di Desa Bontobulu-sipongSomba Kecamatan Tompobulu dengan jarak tempuh dari Kota Maros 25 Km.
Bulu’ Sipong memiliki 5 buah goa yang kesemuanya menyimpan bukti peninggalan prasejarah yang mirip dengan Taman Prasejarah Leang-leang.Yang membedakannya adalah letak kawasan ini berdiri sendiri, sehingga masyarakat sekitar memberi julukan “BULU’ SIPONG” yang berarti gunung yang berdiri sendiri. 
4.    Bonto Somba
bonto-sombaBonto Somba merupakan salah satu desa yang terletak di kaki gunung dengan ketinggian 300 m dari permukaan laut yang berbatasan langsung dengan kawasan obyek wisata Malino Kabupaten Gowa. Sehingga, kondisi alam tropis yang sejuk dan subur menjanjikan harapan menghasilkan berbagai jenis holtikultura. Air terjun yang bergemuruh sepanjang tahun selain menambah keindahan panorama alam sekitarnya, juga dapat dijadikan  sarana olah raga arung jeram. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jarak 25 km dari Kota Maros atau 40 km dari Kota Makassar.
5.    Rea Toa
Reatoa adalah satu-satunya dusun yang memiliki sumber air panas reatoayang selama ini dijadikan laboratorium alam, riset biologi dan ilmu pengetahuan oleh mahasiswa universitas di Makassar juga sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar dan berjarak 15 km dari Kota Maros.
6.    Leang PanningE
leang-panningLeang panningE merupakan goa yang selain memiliki stalaktit dan stalakmit juga akan memberikan kenyamanan tersendiri karena goa tersebut diameternya cukup luas dan lapang. Disekitar goa tersebut juga terdapat sumber air dan goa yang dihuni oleh kelelawar sehingga masyarakat setempat memberi julukan “Leang PanningE” yang berarti goa kelelawar. 
7.    Pantai Kuri
Pantai Kuri adalah salah satu potensi wisata alam yangpantai-kuri bernuansa pantai dengan pasir putih yang membentang sepanjang pesisir pantai.  Disekitarnya juga terdapat aktivitas nelayan yang sekaligus melengkapi kegiatan atraksi wisata pantai. Pada sore hari, lokasi ini dapat disaksikan terbenamnya matahari (Sunset) yang menambah nuansa objek, disamping ombak yang lebih tenang sehingga dapat melakukan mandi di pantai. Hamparan pasir pantai yang luas dan bersih dapat mendukung kegiatan wisata/rekreasi sambil berjemur. 
8.    Cagar Alam Karaenta
cagar-alamCagar Alam Karaenta merupakan kawasan hutan yang dilindungi karena selain berfungsi mempertahankan cadangan air bawah tanah juga menyimpan berbagai spesies flora dan fauna sebagai sumber daya hayati yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian. Salah satu daya tarik kawasan ini karena memiliki goa yang panjangnya mencapai 2.200 m dan merupakan habitat ideal bagi kera jenis Macaca Maura. Spesies ini merupakan hewan yang dilindungi dan menjadi aset nasional mengingat populasi dan habitatnya yang sudah tergolong langka. Jenis kera ini sangat unik karena ia bersahabat dan dapat dipanggil kapanpun dengan bantuan Jagawana. Panorama alamnya yang indah dan kekayaan flora dan fauna serta letaknya yang strategis. Cagar Alam Karaenta yang terletak di Kecamatan Cenrana ini, semakin populer dan ramai dikunjungi wisatawan. Terdapat pula goa Salukang Kallang  dan sungai yang indah membelah gunung sampai ke danau Toakala.

B.    Obyek Wisata Sejarah

1.    Taman Prasejarah Leang-leang
Taman prasejarah Leang-leleang-leangang terletak pada deretan bukit kapur/karts yang curam di Kelurahan Kallabirang Kecamatan Bantimurung yang dapat ditempuh sekitar 15 – 30 menit dari Bantimurung. Para arkeolog berpendapat bahwa beberapa goa yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia sekitar 3000-8000 tahun SM bukti keberadaan ini ditandai dengan lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa yang sedang melompat, puluhan gambar telapak tangan yang ada pada dinding-dinding goa. Terdapat 5 buah telapak tangan manusia purbakala yang ditemukan di Goa Pettae, terdapat pula 32 bekas telapak tangan yang ditemukan di Goa Pettae. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut berupa kerang yang menandai bahwa goa tersebut juga pernah terendam dan dikelilingi oleh laut.  
2.     Situs Prasejarah Leang Akkarrasa Rammang-rammang
Situs prasejarah leang-akkarrasaini menyimpan peninggalan prasejarah berupa dua buah gua yang terdapat lukisan prasejarah/kepurbakala-an pada dinding gua yang terdiri dari; lukisan cakra 3 buah, lukisan babi rusa 3 ekor, lukisan ikan 1 ekor dan lukisan perahu 1 buah. Situs prasejarah ini terletak di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa.  
3.    Kompleks Makam Kassi Kebo
Kompleks Makam Kassi Kebo merupakan tempat penguburan Karaeng Marusu dan keluarganya. Lokasi ini berada di Jl. Taqwa Kelurahan Baju Bodoa Kecamatan Turikale.
4.     Kompleks Makam Karaeng Simbang
Kompleks Makam Karaeng Simbang adalah tempat penguburan Karaeng Simbang dan keluarganya. Makam ini berada di Desa Samangki Kecamatan Simbang. 
5.     Bangunan Pertahanan Jepang
Bangunan Pertahanan Jepang ini berada di Kampung Sanggalea Kecamatan Mandai. Bangunan ini berbentuk terowongan bawah tanah yang terbuat dari cor beton dibangun pada tahun 1942. 
6.      Pendopo Pallantikang Karaeng Marusu
Pendopo Pallantikang Karaeng Marusu merupakan tempat pelantikan Karaeng Marusu pada masa kerajaan. Tempat ini berada di Kelurahan Pallantikang Kecamatan Turikale.
7.     Rumah Adat Karaeng Loe Ripakere
Rumah adat ini dahulunya adalah istana raja Marusu pertama Karaeng Loe Ripakere sekitar abad XV. Rumah adat ini berada di lokasi Desa Pakere Kecamatan Simbang yang merupakan salah satu rumah adat yang ada di Kabupaten Maros.

C.    Obyek Wisata Agro 
Wisata Agro adalah wisata yang berkaitan dengan kegiatan pertanian berupa, perkebunan, peternakan, perikanan, dan persawahan. Adapun obyek agrowisata di Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:

1.    Taman Safari Pucak 
Terletak di Desa Pucak Kecamatan Tanralili, 20 km dariSafari pucak Kota Maros atau 39 km dari Kota Makassar. Alamnya yang asri dengan perkebunan yang terbentang luas, sangat cocok menjadi tempat agrowisata dan tempat peristirahatan melepas lelah dengan luas areal 150 Ha, kawasan ini dipersiapkan sebagai lokasi kebun binatang terbesar di kawasan Timur  Indonesia.
2.    Kawasan Agro Wisata Puca’
Agro Wisata puca'Kawasan Agro Wisata Puca’ merupakan daerah pegunungan yang terletak di Desa Puca. Luas kawasan agrowisata Puca’ adalah 107,5 Ha dengan rencana zoning yang terdiri dari zona pariwisata dan kebudayaan, zona perkebunan, zona pertanian, pzona pternakan, dan zona kehutanan.

3.    Makanan Khas/Tradisional
Kabupaten Maros Coto Marosmemiliki makanan khas yang umumnya sudah di kenal di Sulawesi Selatan seperti coto, dange, dan roti Maros yang terkenal karena seleranya yang khas akan menjadi oleh-oleh tersendiri bagi wisatawan yang pulang dari Kabupaten Maros.


 D.    Sosial Budaya
Kabupaten Maros melahirkan unsur-unsur budaya yang berupa perpaduan antara nilai-nilai agama dan lingkungan alamnya yang dilatarbelakangi dan diwarnai dua etnis besar Makassar dan Bugis. Kedua etnis ini telah membentuk watak dan karakteristik masyarakat Kabupaten Maros yang mudah berinteraksi terhadap masyarakat pada umumnya di Sulawesi Selatan.
Jika dilihat dari sejarah Kabupaten Maros yang termasuk keturunan dari kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar melalui suatu kaitan perkawinan. Hal inilah yang melahirkan suatu nilai-nilai budaya dan tradisi yang sampai saat ini masih dijunjung tinggi oleh kalangan masyarakatnya. Sebagai tanda-tanda tersebut dapat dilihat dari nama-nama kegiatan budaya yang pada dasarnya berasal dari bahasa Makassar dan/atau Bugis.  Kekayaan budaya Kabupaten Maros juga memiliki potensi dan bahkan menjadi bagian dari kegiatan pariwisata karena budaya dan pariwisata adalah suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Berikut ini beberapa ekspresi budaya yang dituangkan dalam suatu bentuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehidupa manusia masa lampau di Kabupaten Maros sebagaimana hal berikut :

1.    Upacara Adat Appalili
AppailiAppalili adalah suatu rangakaian upacara adat sebelum memasuki musim tanam padi.(bulan November). Para petani sebelum turun ke sawah mengambil perkakas kerajaan Karaengga yang disimpan di dalam sebuah loteng rumah adat yang disebut Balla Lompoa ke tempat khusus yang sudah tersedia. Peralatan tersebut diantaranya adalah Batang Pajjejko yang akan dipakai untuk membajak sawah. Batang Pajjejko yang kedatangannya memiliki sejarah tertentu juga merupakan lambang kebesaran bagi Kabupaten Maros. Setelah semua perkakas lengkap, Gandrang Kalompoang dibunyikan sebagai pertanda acara adat sudah dimulai dan dimulai pula proses penjahitan kelambu Kalompoangnga setelah itu hasil jahitan yang terdiri dari kelambu, sprei, pembungkus dan alas disiapkan yang dilaksanakan setelah shalat Ashar. Pada malam harinya diadakan perjamuan adat atau paempo adat yang dihadiri oleh Pemangku adat, Penasehat adat dan Gallarang Tujua (Kepala Dusun), tokoh tani dan pemerintah yang bertujuan untuk membicarakan masalah pertanian. Sekitar Pukul 05.00 barang-barang kerajaan tersebut diarak menuju sawah milik Kerajaan Marusu yang bergelar Torannu. Prosesi bajak sawah menggunakan Batang Pajjejko yang dibantu oleh Tedong (sapi atau kerbau) sebanyak dua ekor, kemudian mengelilingi sawah sebanyak 3 kali dan selesailah upacara adat ini. Rombongan inipun pulang kembali ke Balla Lompoa. Empat bulan kemudian diadakan persiapan acara adat Katto Bokko
2.    Upacara Adat Katto Bokko
Upacara adat Katto Katto BokkoBokko atau biasa disebut Angngalle Ulu  Ase sebagai kelanjutan dari upacara Appalili. Acara ini adalah rangkaian acara adat sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan hasil panen yang telah diraih, khususnya pada tanah Arajang yang diberi gelar Torannu.  Acara Katto Bokko dimulaipagi hari dengan mengetam padi dan hasilnya diikat sesuai kebiasaan. Dengan ikatan khusus menggunakan alat tersendiri yang terdiri dari 12 ikatan kecil dan 2 buah ikatan besar. Kemudian diarak keliling kampung menuju Balla Lompoa. Setelah itu, dilakukan penjemputan sesuai adat Kerajaan Marusu oleh Pemangku Adat, para Dewan Adat, Penasehat Adat, Pemerintah setempat, para petani serta para undangan. Dengan berakhirnya acara penyambutan ini berakhir pulalah acara adat Katto Bokko. Pada malam harinya diadakan acara Mappa Dendang. 
3.    Upacara Mappa Dendang
Mappa Dendang adalah pagelaran atraksi kesenian Mappadendangtradisional, seperti tarian tradisional, pencak silat dan lain-lain. Untuk memberikan hiburan bagi masyarakat, khususnya petani setelah lelah bekerja. Dahulu acara ini biasanya dijadikan momen gadis-gadis dan pemuda untuk mencari jodoh. Besarnya pengaruh kebudayaan di daerah ini melahirkan berbagai bentuk seni budaya tradisional.yang sarat dengan nuansa agraris dan bahari.    
4.    Bias Muharram
MuharramAcara ini adalah suatu cara yang dilaksanakan untuk menyambut tahun baru Islam dengan melibatkan berbagai acara kesenian yang bersifat Islami, seperti; qasidah, membaca puisi Islami, dan lagu/ musik Islami. Alat musik yang digunakan baik alat musik tradisional maupun modern. Acara ini dilaksanakan di Lingkungan Kassi Kelurahan Pettuadae Kecamatan Maros Baru.

 5.    Maulid Rasulullah Saw.
Untuk menyatakan rasa syukur kehadirat Allah Maulid NabiSwt. atas diutusnya Nabi Muhammad Saw. membawa ajaran Islam sebagai berkah kepada seluruh alam raya. Acara ini adalah pembacaan sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw. (membaca Barzanji) secara bergantian dan setelah itu dibagi-bagikanlah ember mauled yang berisi makanan dan telur. Alat musik pengiringnya adalah rebana. Acara mauled ini dilaksanakan di seluruh Kabupaten Maros dengan pusat kegiatan adalah Desa Patte’ne yang dikenal dengan nama Khawaltiah Sammang.
6.    Lomba Perahu Hias
Perahu HiasSetelah semua perahu peserta bahkan kappa motor dihias dengan meriah berkumpul di depan dermaga, maka mulailah para penumpangnya melakukan atraksi kesenian seperti Mappadendang dan ganrang bulu bahkan pencak silat. Setelah pelepsan secara resmi oleh pejabat maka lombapun dimulai. Tibanya di finish para penumpang yang berpakaian adat/tradisional turun satu persatu dan melakukan atraksi di depan pejabat. Kegiatan ini dilaksanakan di jembatan Sungai Maros, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.
7.    Mallangiri
Mallangiri merupakan suatu prosesi pencucian Mallangiribenda-benda pusaka dan prapanen sekaligus menjadi penanda panen. Benda pusaka berupa batu mulia,konon mempunyai empat buah anakan yang bila pada proses pencuciannya bertambah maka dipercaya panen akan melimpah demikian pula sebaliknya. Upacara ini juga diiringi oleh alat musik tradisional dan upacara ini dilaksanakan di Masale Kecamatan Tanralili.
8.    Dengka Ase Lolo
Ase LoloKegiatan ini berlangsung 3 (tiga) hari berturur-turut dengan kegiatan pagelaran musik tradisional yaitu Mappadendang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen. Alat musik pengiring selama kegiatan ini adalah antang kayu dan alu. Pesertanya memakai baju bodo. Acara ini dilaksanakan di Tanah Didi Kelurahan Batu Bassi Kecamatan Bantimurung. 

9.    Ma’royong
Acara ini menampilkan tarian tradisional dengan nyanyianMa' Royong yang memberi nasehat atau petuah. Acara ini dapat dijumpai di Masale Kecamatan Tanralili. Acara ini didukung oleh 5 orang pemain yang menggunakan alat musik Anak Baccing dan alat tradisional lainnya dengan menggunakan baju bodo
10.    Tari Salonreng 
SolenrangTarian ini dilaksanakan untuk melepas hajat seperti berhasilnya panen atau sembuh dari penyakit dan terhindar dari malapetaka. Tarian ini dilaksanakan dengan mengelilingi satu ekor kerbau yang akan dijadikan persembahan dengan berbagai gerakan sambil menabur beras kemudian bermain pencak silat dengan menggunakan tombak dan dikahiri dengan Mangaru yang kemudian dilanjutkan dengan acara pemotongan kerbau sebagai rasa syukur dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan.
Tari ini dimainkan oleh 6 wanita dengan mengenakan baju bodo dan 6 pria menggunakan passapu dan dilengkapi dengan tombak, keris serta bakul yang berisi padi, gula merah, pinang, daun sirih dan beras. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah dua buah gendang dan sebuah suling dengan lagu-lagu yang membangkitkan semangat. Tarian ini dapat dijumpai di Dusun Tanete Desa Bonto Somba Kecamatan Tompobulu. 
11.    Tari Mappadendang 
Tarian ini dilakukan dalam upacara Mappadendang Mappadendangdalam rangka menyatakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keberhasilan panen. Tarian ini dilakukan dengan mengelilingi lesung sambil memegang alu/antan. Setelah beberapa gerakan tarian maka dimulailah acara “Mappadendang” yaitu dengan memukulkan ujung alu pada pinggiran lesung secara bergiliran dengan irama tertentu, bergembira dan bersemangat. Tarian ini dimainkan oleh 4 pria dengan 6 wanita yang memakai pakaian adat, Passapu Baju Bodo. Adapun musik pengiringnya dimainkan dengan alu dan lesung berisi padi yang ditumbuk. Tempat tujuan obyek wisata seni ini di lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros Baru.
12.    Tari Mapeepe-pepe 
Mapeepe-pepeTarian ini bersifat sakral dan dilaksanakan untuk memperlihatkan kesaktian/kekebalan terhadap api. Setelah melakukan tarian dengan gerakan pencak silat diiringi gendang Pammancak, gong dan Pui-pui yang bersemangat, maka para pemain mulai membakar tubuh mereka (tangan dan bagian lainnya) dengan obor, tetapi tidak terbakar (kebal api). Tarian ini dilakukan oleh 5 laki-laki dengan berpakaian Passapu. Obyek tujuan seni ini di Cenrana Batu Bassi.

13.    Tari Kalabbirang
Tarian ini sesuai dengan namanya Kalabbirang yang berarti keanggunan/anggun/mulia. Tarian ini diiringi nyanyian di persembahkan di kalangan Raja/Bangsawan tinggi kerajaan. Melambangkan keanggunan Putra-putri raja yang ikut menari. Tari Kalabbirang dimainkan oleh 7 orang putri dan 6 orang putra. Alat musik pengiring antara lain gendang, suling dan katto-katto. Di Lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros Baru dapat di nikmati kesenian tari ini.
14.    Tari Mamuri-muri
Mamuri-muriTarian ini untuk mengekspresikan rasa kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah Swt. Atas tibanya tahun baru Islam setiap tanggal 1 Muharram tahun Hijriah. Tarian ini dimainkan oleh 7 (tujuh orang perempuan). Alat musik yang digunakan yaitu; gong, pui’-pui’ kecapi dan gendang. Tarian ini dilakukan tersebar di Kabupaten Maros.

15.    Tarian Kalubampa
Tarian ini menceritakan tentang beberapa ekor kupu-kupu Kalubampayang sedang terbang kesana-kemari  dengan riangnya sambil mencari makanan dna pada saat itulah ada seorang laki-laki yang mencoba menangkap-nya. Setelah usaha yang keras akhirnya laki-laki itu berhasil menangkap seekor kupu-kupu. Tapi karena kecerdikannya, kupu-kupu itu berhasil meloloskan diri lagi dan kembali ke alamnya. Tarian ini dimainkan oleh 3 (tiga) orang laki-laki dan 6 (enam) orang perempuan. Perempuan berpakaian baju bodo berwarna yang dilengkapi dengan sepasang sayap. Pria berpakaian adat passapu. Alat musik yang digunakan; gendang, gong, pui’pui’-kecapi.  Tarian ini dapat dijumpai di Kecamatan Bantimurung, tujuannya untuk menggugah hati manusia agar menyayangi dan bahkan melestarikan habitat kupu-kupu yang mulai terancam punah.
16.    Tari Bunting Berua
Bunting BeruaSebuah tradisi seni tari yang diciptakan untuk menyema-rakkan suatu pesta adat perkawinan Bugis-Makassar maknanya adalah memberi suasana gembira dan bahagia bagi kedua mempelai dan segenap keluarga. Karena itu, tari Bunting Berua ini hanya khusus dipersembahkan didalam acara-acara pesta perkawinan adat Bugis-Makassar, lebih khusus perkawinan sebuah keluarga terpandang (bangsawan). Tarian ini dimainkan oleh 5 – 7 orang putri, alat musik yang digunakan; kecapi, suling, gendang, gong, katto-katto dan Anak Baccing. Seni tari ini dapat dijumpai di lingkungan Kassi Kebo Kecamatan Maros baru.
17.    Tari Makkampiri
Tarian ini sebagai pernyataan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berhasilnya panen kemiri. Gadis belia menari-nari dengan gerakan seperti memungut buah kemiri. Tarian ini dimainkan oleh 3 (tiga) orang laki-laki dan 7 (tujuh) orang perempuan. Alat musik yang digunakan. Keranjang bambu, gendang, kecapi, pui’-pui’ dan gong. Taraian ini dapat dijumpai di Kecamatan Camba.
18.    Tari Tubaranina Marusu
Pemain tampil dengan gerakan-gerakan heroik dan bersemangat dan diiringi dengan bunyi gendang dan gemuruh. Tarian ini dimainkan oleh 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan pakaian adat. Alat musik yang digunakan; gendang Bugis. Tarian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap kepahlawanan dan gagah berani dalam menghadapi musuh. Tarian ini tersebar di Kabupaten Maros.
19.    Tarian Ma’Raga
Tarian ini menggambarkan keterampilan dalam mempermainkan bola Ma' Ragaraga, dengan gerakan atau atraksi yang beragam termasuk pada saat seorang atau dua orang pemain yang menaiki pundak temannya sambil tetap memainkan raga, atau memasukkan raga ke dalam passapu-nya melalui tendangan kaki. Tarian ini dimainkan olehg 6 (enam) orang laki-laki dengan berpakaian adat passapu. Alat yang digunakan; gendang, gong, pui’-pui’ dan sebagainya. Tersebar di Kabupaten Maros. Tujuan dari tarian ini untuk menyambut acara tertentu seperti; pesta panen, menyambut tamu, dan lain-lain.
20.    Kesong-kesong
Kesong-kesongPenampilan Pakesong-kesong dengan penyanyi Sinrilik duduk berdampingan, dimulai dengan pengantar dari sang penyanyi tentang lagu yang akan didendangkannya. Setelah itu maka dimulailah Pakesong-kesong memainkan kesong-kesongnya lalu menyusul penyanyi melagukan Sinrilik-nya yang biasanya berkisah tentang sikap kepahlawanan dan kejantanan. Kesenian ini dimainkan oleh 2 (dua) orang laki-laki berpakain adat passapu, sedangkan alat musiknya adalah sebuah kesong-kesong dan penggeseknya. Kesenian tradisional ini dapat dijumpai di Bonto kapetta Kelurahan Allepolea untuk memeriahkan acara-acara tertentu yang dianggap sesuai dengan semangat lagu-lagu kepahlawanan.

More about

Sejarah Maros

Diposting oleh orang maros bisa tonji

Wilayah Kabupaten Maros pada mulanya adalah suatu wilayah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Marusu yang kemudian bernama Kabupaten Maros sampai saat ini. Selain nama Maros, masih terdapat nama lain daerah ini, yakni Marusu dan/atau Buttasalewangan. Ketiga nama tersebut oleh sebagian masyarakat Kabupaten Maros sangat melekat dan menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengisi pembangunan daerah.
          Berdasarkan data-data yang diperoleh, terutama salah satu putra daerah, yakni Andi Fahry Makkasau dari bukunya berjudul “Kerajaan-Kerajaan di Maros Dalam Lintasan Sejarah”, memuat sejarah Kabupaten Maros. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh dua suku, yakni Suku Bugis dan Suku Makassar.
          Pada masa kemerdekaan, yakni tujuh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 oleh pemerintah Republik Indonesia dikeluarkan peraturan No. 34 1952 juncto PP. No. 2/1952 tentang pembentukan Afdelling Makassar yang di dalamnya tercakup Maros sebagai sebuah Onderafdelling dengan 16 buah distrik, masing-masing :
1.Distrik Turikale Dipimpin oleh Karaeng 
2.Distrik MarusuDipimpin oleh Karaeng
3.Distrik SimbangDipimpin oleh Karaeng
4.Distrik BontoaDipimpin oleh Karaeng
5.Distrik Lau’Dipimpin oleh Karaeng
6.Distrik TanraliliDipimpin oleh Karaeng
7.Distrik SudiangDipimpin oleh Gelarang
8.Distrik MoncongloeDipimpin oleh Gelarang
9.Distrik BiraDipimpin oleh Gelarang
10.Distrik BiringkanayaDipimpin oleh Gelarang
11.Distrik MallawaDipimpin oleh Arung
12.Distrik CambaDipimpin oleh Arung
13.Distrik CendranaDipimpin oleh Arung
14.Distrik LaiyaDipimpin oleh Arung
15.Distrik Wanua WaruDipimpin oleh Arung
16.Distrik Gantarang MatinggiDipimpin oleh Arung
          Ke enam belas distrik diatas merupakan pusat-pusat pemerintahan di Kabupaten Maros pada masa lampau yang kemudian berkembang seiring dengan kemajuan pembangunan secara lokal maupun regional, maka sebagian wilayah Kabupaten Maros terintegrasi ke wilayah administrasi Kotamadya Ujungpandang (Ujungpandang berubah nama menjadi Kota Makassar). Adapun wilayah distrik Kabupaten Maros tersebut yang terintegrasi di wilayah administrasi Kota Makassar tersebut adalah Distrik Bira, Suding dan Biringkanaya. Pelepasan wilayah Bira, Sudiang dan Biringkanaya tersebut dari wilayah Kabupaten Maros terjadi pada tahun 70-an. 
          Wilayah Kabupaten Maros dalam sejarahnya telah mengalami pemekaran wilayah. Pada tahun 1963, Kabupaten Maros terbagi atas 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Maros Baru, Bantimurung, Mandai, dan Camba. Memasuki tahun 1989, diadakan pemekaran wilayah kecamatan dengan dibentuknya 3 (tiga) kecamatan perwakilan, yakni Kecamatan Perwakilan Tanralili, Maros Utara, dan Mallawa, yang hingga saat ini saat ini terdapat 14 wilayah kecamatan. Masing-masing wilayah kecamatan tersebut memiliki potensi tersendiri dalam menunjang pembangunan wilayah. Disampin itu, Kabupaten Maros memiliki peranan yang sangat berarti dalam pembangunan Kota Makassar sebagai ibukota provinsi dan sekaligus sebagai pusat pengembangan wilayah Kawasajn Timur Indonesia (KTI). Peluang inilah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Maros, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kota Makassar. Sedangkan rencana pembangunan wilayah secara eksternal, sebagian wilayah Kabupaten Maros masuk dalam pengembangan Kawasan Mamminasata sebagai kawasan kota metropolitan.
          Setelah menjalani titian sejarah selama lima abad dimulai dengan berdirinya Kerajaan Marusu pada awal abad XV yang selanjutnya terjadi kehidupan yang berdinamika bagi setiap kerajaan mulai dari sistem Monarki menjadi daerah Regentschap kemudian menjadi daerah Adat Gemeenschap sampai dekade terakhir menjadi distrik, maka dalam sebuah masa peralihan antara fase pemerintahan klasik/tradisional dengan pemerintahan konstitusional lahir Undang-undang No. 29 Tahun 1959 (14 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945).
          Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan termasuk didalamnya adalah Kabupaten Maros yang meliputi gabungan tiga persekutuan adat. Setelah terbentuknya Maros sebagai wilayah administrasi kabupaten dari tahun 1960 sampai sekarang, telah dipimpin oleh 11 (sebelas) Bupati Kepala Daerah.
          Kabupaten Maros dengan ibukota kabupaten adalah Kota Maros yang berperan sebagai pusat pemerintahan dengan segala aktivitas sosial, ekonomi, budaya, dan politikterletak di Kecamatan Turikale. Jika dilihat dari gegrafis wilayah yang lebih mikro, Kota Maros terbagi atas 3 (tiga) segmen kawasan yang merupakan bagian dari pusat-pusat pemerintahan Kabupaten Maros dan dihubhungkan oleh jaringan jalan arteri. Sedangkan ditinjau dari perkembangan wilayah, juga terjadi pada arah jaringan jalan arteri sekunder yang menghubungkan dengan wilayah Kabupaten Bone, yang meliputi wilayah Kecamatan Bantimurung, Simbang, Cenrana, Camba dan Mallawa.
Tugu Kota Maros
Gambar 1. Foto Tugu Kota Maros di Pusat Kota Lama
          Secara umum, wilayah Kabupaten Maros memiliki peranan yang sangat besar terhadap pembangunan regional dan nasional melalui peranannya dalam berbagai aspek, yakni :
  1. Pusat pelayanan transportasi udara internasional, yakni Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Bandar udara ini terletak di Kecamatan Mandai yang merupakan wilayah perbatasan dengan Kota Makassar. Pertumbuhan pelayanan bandar udara Hasanuddin yang begitu pesatnya, sehingga dilakukan pengembangan bandar udara baru dengan luas lahan pengembangan 554,6 Ha. Bandar udara Hasanuddin merupakan wilayah pintu gerbang Sulawesi Selatan dan KTI yang mengindikasikan bahwa Kabupaten Maros adalah gerbang utama pembangunan regional dan nasional.
  2. Bandar Udara 

    Gambar 2. Foto Terminal Bandar Udara Hasanuddin pada Malam Hari
  3. Pusat Penelitian Pertanian, yakni dengan adanya pengembangan Balai Penelitian Tanaman Sereal dan Tanaman Pangan yang berlokasi di Kecamatan Turikale. Balai penelitian ini melakukan serangkaian penelitian untuk menghasilkan inovasi teknologi pertanian sekaligus mendiseminasikan secara terarah guna mendukung upaya peningkatan produksi pertanian sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan.
  4. Pusat Penelitian Pertanian 

    Gambar 3. Foto Kawasan Balai Penelitian Tanaman Sereal
  5. Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, yakni dengan adanya kawasan riset tentang potensi kelautan dan perikanan. Hal iniu sangat mendasar karena wilayah Kabupaten Maros sebagai daerah pesisir dengan kontribusi pada sektor perikanan di Sulawesi Selatan cukup besar, terutama dalam memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Disamping itu, kegiatan perikanan yang diusahakan dan dikembangkan oleh masyarakat Kabupaten Maros adalah perikanan budidaya air payau yang mencapai luas tambak 9.461,53 Ha.
  6. Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan 

    Gambar 4. Foto Kawasan Badan Riset Kelautan dan Perikanan di Maros
  7. Militer, yaitu wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah yang dijadikan sebagai Pusat Pelatihan dan Pendidikan TNI-AD, yaitu dengan adanya kawasan pelatihan dan pendidikan Kostrad TNI-AD. Lokasi kegiatan ini berlokasi pada dua kecamatan, yakni Sambueja Kecamatan Bantimurung dan Kariango Kecamatan Tanralili. Disamping itu, Kecamatan Mandai juga di jadikan sebagai pangkalan udara TNI Angkatan Udara yang berlokasi di Bandar Udara Sultan Hasanuddin.
  8. Pusat Pelatihan dan Pendidikan TNI-AD 

    Gambar 5. Foto Gerbang Pangkalan Angkatan Udara Sultan Hasanuddin di Mandai
  9. Pusat Kegiatan Keagamaan, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh jamaah Halwatiah Sammang. Pada setiap hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW, jamaah Halwatiah Sammang bersatu melakukan sikir akbar yang berlokasi di Patte’ne Kecamatan Marusu. Asal jamaah Halwatiah Sammang tersebut telah tersebar diseluruh nusantara, bahkan ada yang berasal dari Malaysia.
  10. Jamaah Halwatiah Sammang 

    Gambar 6. Foto Situasi Jamaah Halwatiah Sammang Pada Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang Diselenggarakan Tiap Tahun
  11. Bagian Wilayah Pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata, yaitu suatu kebijakan pengembangan wilayah yang pertama di KTI, dimana sebagian wilayah Kabupaten Maros masuk dalam Kawasan Perkotaan Metropolitan tersebut.  Wilayah Kecamatan yang masuk dalam pengembangan ini adalah Kecamatan Mandai, Moncongloe, Tompobulu, Bantimurung, Marusu, Turikale, Tanralili, Lau, Maros Baru, Simbang, Bantimurung, dan Bontoa. Dari luas wilayah pengembangan Kawasan Mamminasata sebesar 2.462 Km2, wilayah Kabupaten Maros yang menjadi bagian kawasan pengembangan tersebut adalah 1.039 Km2 atau 42,20%. Hal ini tentunya sangat memberi manfaat bagi wilayah Kabupaten Maros ditinjau dari segi penyediaan dan pembangunan infrastruktur, penyediaan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, PAD dan lain sebagainya.
  12. Wilayah Pengembangan 

    Gambar 7. Peta Administrasi Wilayah Kawasan Mamminasata
    sumber:http://maroskab.go.id/
More about